Analisis Cerpen
ANALISIS NILAI MORAL DALAM CERPEN
“KEMBANG GUNUNG KAPUR” KARYA HASTA INDRIYANA"
PENDAHULUAN
Sastra sudah dikenal sejak lama. Pada zaman perjuangan Rasulullah SAW, sastra yang
sifatnya memberi semangat kepada para mujahid di antaranya ialah karya Hasan bin Tsabit,
Ka’ab bin Malik, dan Abdullah bin Ruwahah. Begitu besar pengaruh sastra pada manusia
dari dulu hingga saat ini. Seiring perkembangannya, salah satu karya sastra yang dikenal saat
ini ialah cerita pendek (cerpen). Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi non faktual.
Dikategorikan sebagai fiksi non faktual, karena berupa hasil imajinasi seorang penulis. Non
faktual di sini juga berarti bahwa cerpen tidak memerlukan data dan fakta yang menunjang
kebenaran isinya. Namun demikian, cerita pendek juga tidak hanya bersifat khayalan yang
dibuat begitu saja tanpa melalui perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan.
Nurgiyantoro (2012: 3) mengatakan bahwa tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja
lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap
hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab. Nofiyanti (2014: 115) memperkuat pendapat Nurgiyantoro tadi dengan
mengatakan bahwa melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu
masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Dengan
demikian jelaslah bahwa cerpen memang jenis karya sastra yang juga memberi manfaat dan
dapat mempengaruhi pembacanya seperti halnya sastra zaman dahulu. Hal penting yang harus diperhatikan dalam sebuah cerpen
adalah nilai moral. Melalui nilai moral, pembaca dapat menangkap maksud penulis. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (2012: 321) yang mengatakan bahwa fiksi
mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan
pandangan penulis tentang moral. Setelah membaca cerpen, diharapkan pandangan tersebut
sampai kepada pembaca. Nofiyanti (2014: 114) mengungkapkan bahwa melalui karya sastra,
pembaca akan memperoleh pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang sangat bermanfaat
bagi kehidupannya.
Sastra sudah dikenal sejak lama. Pada zaman perjuangan Rasulullah SAW, sastra yang
sifatnya memberi semangat kepada para mujahid di antaranya ialah karya Hasan bin Tsabit,
Ka’ab bin Malik, dan Abdullah bin Ruwahah. Begitu besar pengaruh sastra pada manusia
dari dulu hingga saat ini. Seiring perkembangannya, salah satu karya sastra yang dikenal saat
ini ialah cerita pendek (cerpen). Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi non faktual.
Dikategorikan sebagai fiksi non faktual, karena berupa hasil imajinasi seorang penulis. Non
faktual di sini juga berarti bahwa cerpen tidak memerlukan data dan fakta yang menunjang
kebenaran isinya. Namun demikian, cerita pendek juga tidak hanya bersifat khayalan yang
dibuat begitu saja tanpa melalui perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan.
Nurgiyantoro (2012: 3) mengatakan bahwa tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja
lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap
hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab. Nofiyanti (2014: 115) memperkuat pendapat Nurgiyantoro tadi dengan
mengatakan bahwa melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu
masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Dengan
demikian jelaslah bahwa cerpen memang jenis karya sastra yang juga memberi manfaat dan
dapat mempengaruhi pembacanya seperti halnya sastra zaman dahulu. Hal penting yang harus diperhatikan dalam sebuah cerpen
adalah nilai moral. Melalui nilai moral, pembaca dapat menangkap maksud penulis. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (2012: 321) yang mengatakan bahwa fiksi
mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan
pandangan penulis tentang moral. Setelah membaca cerpen, diharapkan pandangan tersebut
sampai kepada pembaca. Nofiyanti (2014: 114) mengungkapkan bahwa melalui karya sastra,
pembaca akan memperoleh pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang sangat bermanfaat
bagi kehidupannya.
METODE
Peneliti akan meneliti dan mendeskripsikan nilai-nilai moral yang ingin disampaikan penulis
cerpen kepada pembaca.
Nilai moral bisa berupa pesan religius ataupun kritik sosial. Nilai moral juga dapat
disampaikan penulis melalui cara yang langsung (eksplisit dan gamblang), atau bisa juga
dengan cara tidak langsung. Cara tidak langsung yang dipakai penulis saat menyampaikan
pesan, akan memberikan pandangan penafsiran yang berbeda dari setiap pembaca. Namun
demikian, penyampaian pesan secara tidak langsung mengesankan bahwa sebuah cerpen
tidak sedang menggurui pembacanya.
Nilai moral bisa berupa pesan religius ataupun kritik sosial. Nilai moral juga dapat
disampaikan penulis melalui cara yang langsung (eksplisit dan gamblang), atau bisa juga
dengan cara tidak langsung. Cara tidak langsung yang dipakai penulis saat menyampaikan
pesan, akan memberikan pandangan penafsiran yang berbeda dari setiap pembaca. Namun
demikian, penyampaian pesan secara tidak langsung mengesankan bahwa sebuah cerpen
tidak sedang menggurui pembacanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Cerpen Kembang Gunung Kapur juga menyajikan pesan moral yang sarat dengan pesan moral religius dan
kritik sosial. Pesan moral disampaikan Hasta secara tidak langsung, sehingga pembaca
tidak akan terkesan sedang digurui penulis.
Pembahasan
Nilai moral merupakan pesan dari
penulis. Nilai moral
dapat berupa pesan religius keagamaan ataupun pesan kritik sosial. Bila dicermati, pesan
religius yang ingin disampaikan Hasta tergambar jelas di akhir cerita, dalam potongan
paragraf dengan kalimat yang berbunyi;
“Ibunya mati dengan cara menggantung. Ya, cara yang tidak disukai agama yang
dianutnya.”
dapat berupa pesan religius keagamaan ataupun pesan kritik sosial. Bila dicermati, pesan
religius yang ingin disampaikan Hasta tergambar jelas di akhir cerita, dalam potongan
paragraf dengan kalimat yang berbunyi;
“Ibunya mati dengan cara menggantung. Ya, cara yang tidak disukai agama yang
dianutnya.”
Salah satu agama yang “tidak menyukai”
perbuatan bunuh diri adalah Islam. Islam bahkan
melarang umatnya melakukan perbuatan tersebut
melarang umatnya melakukan perbuatan tersebut
Pesan kritik sosial yang mencoba
disampaikan Hasta juga berupa kearifan lokal yang
dijunjung suku Jawa. Radmila (2011: 30) mengatakan bahwa orang Jawa selalu memberi
peringatan kepada setiap orang agar tidak melakukan kesalahan karena setiap perbuatan pasti
akan ada akibatnya. Akibat dari perilaku bunuh diri, dapat mendorong orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Peristiwa bunuh diri dalam cerpen Kembang
Gunung Kapur seolah membentuk karakter pribadi nenek Sena yang akhirnya melakukan
tindakan bunuh diri juga. Salah satu ungkapan Jawa dalam Radmila (2011: 28) berbunyi
“adoh tanpa wangenan, cedhak dhatan senggolan”. Maknanya yakni jika sesorang tidak percaya akan adanya Tuhan, keberadaan
Tuhan tidak dapat dibayangkan karena begitu abstrak. Sebaliknya, jika seseorang percaya
akan adanya Tuhan meskipun tidak dapat bersentuhan secara fisik, tetapi dapat dirasakan
keberadaannya setiap saat. Demikianlah bagaimana nenek Sena tidak meyakini keberadaan
Tuhannya sehingga rasa sepi mendorongnya untuk melakukan bunuh diri.
dijunjung suku Jawa. Radmila (2011: 30) mengatakan bahwa orang Jawa selalu memberi
peringatan kepada setiap orang agar tidak melakukan kesalahan karena setiap perbuatan pasti
akan ada akibatnya. Akibat dari perilaku bunuh diri, dapat mendorong orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Peristiwa bunuh diri dalam cerpen Kembang
Gunung Kapur seolah membentuk karakter pribadi nenek Sena yang akhirnya melakukan
tindakan bunuh diri juga. Salah satu ungkapan Jawa dalam Radmila (2011: 28) berbunyi
“adoh tanpa wangenan, cedhak dhatan senggolan”. Maknanya yakni jika sesorang tidak percaya akan adanya Tuhan, keberadaan
Tuhan tidak dapat dibayangkan karena begitu abstrak. Sebaliknya, jika seseorang percaya
akan adanya Tuhan meskipun tidak dapat bersentuhan secara fisik, tetapi dapat dirasakan
keberadaannya setiap saat. Demikianlah bagaimana nenek Sena tidak meyakini keberadaan
Tuhannya sehingga rasa sepi mendorongnya untuk melakukan bunuh diri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas,
cerpen Kembang Gunung Kapur telah menyampaikan nilai
moral pada pembacanya. Di awal sudah digambarkan peneliti bahwa cerpen Kembang
Gunung Kapur memang memiliki kekhasan nilai moral. Satu sisi menggambarkan nilai moral
yang tidak patut untuk ditiru, yaitu perilaku membunuh diri. Selain itu,
relasi sosial yang masih dijunjung masyarakat Jawa disampaikan Hasta dalam cerpen
Kembang Gunung Kapur sebagai nilai moral yang patut ditiru.
moral pada pembacanya. Di awal sudah digambarkan peneliti bahwa cerpen Kembang
Gunung Kapur memang memiliki kekhasan nilai moral. Satu sisi menggambarkan nilai moral
yang tidak patut untuk ditiru, yaitu perilaku membunuh diri. Selain itu,
relasi sosial yang masih dijunjung masyarakat Jawa disampaikan Hasta dalam cerpen
Kembang Gunung Kapur sebagai nilai moral yang patut ditiru.
Nama: Muhamad Mutoharul Janan
NIM: 1888201059
Komentar
Posting Komentar